Laporan Praktikum Fisiologi
Kelelahan
Otot-Saraf pada Orang
Kelompok : D5
Ketua : Laurensius
Raven Kojansow 102011021
Anggota : Albertha Febriani Meta 102010331
Novitalia 102011062
Meryn 102011133
Bodi eko
Febrianto 102011166
Vania Levina 102011259
Paskalia
Endosetriani Romas 102011326
Amandus Imha
Tamba 102011363
Elcha 102011406
Tujuan Percobaan
:
Untuk mengetahui faktor-faktor
beserta proses yang mempengaruhi terjadinya kelelahan otot saraf pada tangan.
Alat-alat
yang digunakan :
1. Kimograf
+ kertas + perekat
2. Manset
sfigmomanometer (tensimeter)
3. Ergograf
4. Metronome
(frekuensi 1 detik)
Pembahasan
Kesalahan otot adalah
suatu kondisi yang terjadi pada otot apabila terjadi atau adanya kontraksi
terus menerus tanpa disertai istirahat/relaksasi.Kelelahan otot disebabkan
karena kegagalan pasokan darah untuk memasok elemen metabolisme yang esensial
atau kegagalan metabolisme pembuangan hasil sisa metabolisme(penimbunan asam
laktat)1
Dalam percobaan ini dapat dilihat/diamati kelelahan
otot saraf pada manusioa dengan berbagai kondisi ataupun pengaruh,seperti yang
akan diuji yaitu :
1. Pada keadaan kerja
steady state
2. Pada pengaruh
gangguan peredaran darah
3. Pada pengaruh
istirahat & massage
4. Pengamatan rasa
nyeri, perubahan warna dan suhu kulit akibat iskemia
Percobaan
I : Tarikan tiap 4 detik
Cara Kerja :
1. Pasang
semua alat sesuai dengan gambar
2. Sambil
dicatat lakukan satu tarikan tiap 4 detik menurut irama alat yang
diperdengarkan di ruang praktikum sampai ½ putaran tromol. Setiap kali setelah
melakukan tarikan, lepaskan segera jari dari pelatuk sehingga kembali ke tempat
semula.
Hasil :
Mekanisme percobaan
kerja steady state adalah suatu mekanisme percobaan dimana pada OP(objek percobaan)
melakukan tarikan pada alat yang tersedia yang dapat dinyatakan sebagai
mekanisme kontraksi otot dengan waktu istirahat/relaksasi selama kira-kira 4
detik sebelum melakukan kontraksi kembali. Pada hasil percobaan
yang dinyatakan dalam waktu bentuk grafik,mulanya garis tarikan tinggi dan
karena adanya waktu istirahat/waktu untuk berelaksasi di sela-sela waktu
sebelum kembali melakukan kontraksi, yang artinya kontraksi tidak terjadi terus
menerus maka peristiwa terjadinya kelelahan otot akan memerlukan
kegiatan/mekanisme kontraksi tersebut dilakukan dalam waktu yang lebigh lama
seperti yang telah diketahui, bahwa kontraksi otot memerlkukan energi/ATP, yang
dihasilkan dalam mekanisme relaksasi dengan memerlukan O2.1 Oleh karena itu pada
kerja steady state apabila dibandingkan dengan kontraksi yang dilakukan terus
menerus akan terlihat bahwa kerja steady state lebih lama untuk mencapai
kelelahan otot
Gambar 1. Grafik
pada Percobaan Tarikan Tiap 4 Detik.
Percobaan
II : Tarikan tiap 4 detik dengan oklusi
Cara Kerja :
1. 12
kali tarikan normal (4 detik/tarikan)
2. Tarikan
ke-13 dilakukan oklusi samapi nadi pada OP tidak terasa (aliran darah berhenti)
3. Tarikan
dilakukan terus-menerus hingga OP mencapai tingkat kelelahan yang maksimal
4. Setelah
OP mengalami kelelahan maksimal, lakukan penurunan tekanan pada manset sehingga
peredaran darah mengalir kembali.
Hasil :
Mekansime percobaan
ini adalah dengan memberikan perlakuan pengaruh gangguan peredaran darah pada
percobaan kerja steady state.Pada hasil percobaan, didapatkan bahwa ternyata
dengan dilakukan gangguan pada peredaran darahnya dengan oklusi objek percobaan
lebih cepat lelah / lebih cepat mengalami kelelahan otot.
Telah dibahas sebelumnya bahwa kelelaahan otot dapat terjadi karena pemasokan O2 yang kurang dalam upaya relaksasi untuk pemenuhan ATP sebagai energi untuk mekanisme kontraksi otot dan juga karena penimbunan asam laktat sebagai sisa hasil metabolisme dalam mekanisme glikolisis pada kondisi anaerob.Apabila dikenakan perlakuan gangguan peredaran darah pada objek percobaan,maka OP akan lebih cepat lelah.Hal ini dapat terjadi karena dengan peredaran darah dihambat tentuynya 02 yang dialirkan dalam upaya pemenuhan /pembentukan ATP sebagai energi untuk kontraksi otot terganggu/terhambat pula.Akibatnya glikolisis bersifat anaerob dan dengan glikolisis yang bersiat anaerob akan menghasilkan asam laktat. Penimbunan asam laktat inilah yang seperti telah dibahas sebelumnya merpukan penyebab kelelahan otot
Telah dibahas sebelumnya bahwa kelelaahan otot dapat terjadi karena pemasokan O2 yang kurang dalam upaya relaksasi untuk pemenuhan ATP sebagai energi untuk mekanisme kontraksi otot dan juga karena penimbunan asam laktat sebagai sisa hasil metabolisme dalam mekanisme glikolisis pada kondisi anaerob.Apabila dikenakan perlakuan gangguan peredaran darah pada objek percobaan,maka OP akan lebih cepat lelah.Hal ini dapat terjadi karena dengan peredaran darah dihambat tentuynya 02 yang dialirkan dalam upaya pemenuhan /pembentukan ATP sebagai energi untuk kontraksi otot terganggu/terhambat pula.Akibatnya glikolisis bersifat anaerob dan dengan glikolisis yang bersiat anaerob akan menghasilkan asam laktat. Penimbunan asam laktat inilah yang seperti telah dibahas sebelumnya merpukan penyebab kelelahan otot
Gambar 2. Grafik
pada Percobaan Tarikan Tiap 4 Detik dengan Oklusi.
Percobaan
III : Ergograf beban maksimal dengan pengaruh istirahat dan massage
Cara Kerja :
1. Besarkan
beban ergograf sampai hampir maksimal
2. Sambil
dicatat lakukan satu tarikan tiap 1 detik sampai terjadi kelelahan total,
kemudian hentikan tromol.
3. Berilah
istirahat selam 2 menit. Selama istirahat, lengan tetap dibiarkan diatas meja.
4. Jalankan
kimograf dan lakukan kembali tarikan dengan frekuensi dan beban yang sama sampai
terjadi kelelahan total, kemudian hentikan tromol.
5. Beri
istirahat selama 2 menit lagi. Selama masa istirahat lakukan masaage pada OP.
Massage dengan cara mengurut dengan tekanan yang kuat kearah perifer, kemudian
dengan tekanan ringan kearah jantung. Massage dilakukan dari fossa cubiti à
ujung jari.
6. Lakukan
tarikan kembali seperti ad. 5
7. Bandingkan
ke 3 ergogram yang saudara peroleh dan menganalisisnya.
Hasil :
Pada grafik terlihat bahwa grafik cenderung menurun
karena waktu selang otot bekerja terlalu singkat sehingga tidak memiliki waktu
untuk menguraikan asam laktat (bekerja tiap 1 detik), oleh sebab itu di grafik
menunjukan rentang waktu dari mulai bekerja hingga lelah cukup pendek. Setelah
diberikan waktu untuk istirahat sebanyak dua menit, otot dapat kembali bekerja
namun tidak berlangsung lama, karena penguraian asam laktat kurang maksimal
sehingga otot dengan cepatnya kembali lelah. Ketika otot kembali diistirahatkan
sambil dilakukan pijatan untuk memperlancar kembali sirkulasi darah serta
meluruskan otot kembali. Seharusnya grafik menunjukan kecenderungan untuk
meningkat dan rentang waktunya lebih lama dari lama hanya beristirahat tanpa
dipijat. Karena setelah dipijat aliran darah ke otot pada jari akan lebih
lancar sehingga pasokan oksigen akan lebih banyak dari sebelumnya. Oksigen
berguna dalam proses pembakaran untuk menghasilkan energi, sehingga setelah
dipijit energi meningkat dan otot dapat bekerja lebih lama. Tetapi dari grafik
OP kelompok kami, hasil yang didapat grafik justru lebih pendek dari saat
istirahat tanpa dipijat. Hal ini dimungkinkan karena teknik pijatan yang tidak
dilakukan dengan baik. Penekanan pada arteri lebih kecil dari pada penekanan
pada vena. Seharusnya penekanan pada arteri lebih besar dari pada penekanan
pada vena karena arteri menyalurkan darah kaya oksigen ke seluruh tubuh
termasuk tangan. Sehingga pasokan O2 seharusnya mengalir dengan
baik. Selain itu dimungkinkan oleh kondisi otot OP yang tidak terlatih.Otot
yang terlatih memiliki ketahanan yang lebih lama dalam melakukan kontraksi.
Gambar 3. Grafik Ergograf
Beban Maksimal dengan Pengaruh Istirahat dan Massage.
Percobaan
IV : Rasa nyeri, perubahan warna dan suhu kulit akibat iskemia
Cara Kerja :
1. Pasang
manset pada lengan atas OP dan berikan beban yang cukup berat sehingga
penarikan hanya akan memperlihatkan penyimpangan ujung pencatat yang kecil
saja\.
2. Perhatikan
suhu dan warna kulit lengan bawah kanan OP.
3. Lakukan
satu tarikan tiap satu detik sambil diadakan oklusi sehingga terjadi kelelahan
total atau sampai terjadi rasa sakit yang tak tertahan.
4. Hentikan
tindakan oklusi segera setelah OP merasa nyeri yang hebat sekali. Perhatikan
suhu dan warna kulit lengan bawah kanan OP.
Hasil :
Pada saat awal
suhu yang terjadi adalah hangat dan warna kulitnya adalah coklat. Sedangkan
setelah terjadi rasa nyeri yang begitu hebat suhu yang terjadi menjadi lebih
dingin dan warna kulitnya menjadi biru keunguan. Timbulnya suhu yang lebih
dingin disebabkan karena peradaran darah terhambat sehingga O2 tidak
terpasok pada otot sehingga tidak terjadi pembakaran glikogen dan hal ini
berarti bahwa tidak terdapat energi yang cukup bagi otot untuk melakukan
kontraksi. Warna kulit yang membiru terjadi karena aliran darah yang terhambat
akibat oklusi.
Keadaan OP sebelum
|
Keadaan OP sesudah
|
Suhu normal
Warna kulit kemerahan
Tangan tidak nyeri
|
Suhu rendah (terasa
dingin)
Warna kulit pucat dan
pada bagian kuku membiru
Tangan terasa nyeri
|
Grafik 4
: Rasa nyeri, perubahan warna dan suhu kulit akibat iskemia
Kesimpulan
-
Otot akan mencapai
titik lelah setelah melakukan kerja selama beberapa waktu yang disebabkan oleh
ketidakmampuan otot untuk berkontraksi dan bermetabolisme melanjutkan suplai
output kerja yang sama.
-
Semakin berat beban
(tekanan pegas pada ergograf) maka otot akan semakin cepat lelah.
Daftar Pustaka
1. Thomson, Hamish. Oklusi. Jakarta: EGC; 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar