Cara penanggulanagn PMS dan penyimpagan seksual
VANIA LEVINA
102011259
KELOMPOK F3
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN
KRIDA WACANA
Jln. Arjuna
Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731
BAB I PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Di Indonesia, fenomena
tentang homoseksual sebenarnya bukanlah
merupakan suatu masalah baru.
Di
Indonesiapada tahun 1983, Perhimpunan Psikiater Indonesia (PPI) menyebutkan bahwa gay bukanlah penyimpagan
seksual. Departemen Kesehatan RI pada tahun 1993 telah menyusun Pedoman
Penggolongan dan diagnosis Gangguan
jiwa. Sekalipun APA (American Psychiatric Association) dan PPI sudah terbuka menganggap perilaku gay,
lesbia, dan biseksual sebagai bukan penyakit mental, pada umumnya masyarakat
yang masih menganut heteronormativity menganggap bahwa hal tersebut adalah
penyimpangan. Pandangan-pandangan masyarakattersebut memunculkan apa yang
disebut labeling.3
Melalui
labeling, masyarakat seringkali memandang kaum gay dengan penuh prasangka.
Mereka melakukan stigmatisasi dan diskriminatif terhadap pelaku homoseksual.
Mereka sering kali takut, bahkan merasa jijik (homofobia). Banyak homo seksual
mendapat perlakuan kasar, cercaan, bahkan ditolak dalm sekolah, pekerjaan atau
dalam bersosialisasi. Homoseksual seakan tidak mendapat tempat di masyarakat.
Tidak jarang mereka menyembunyikan identitas tersebut.
2.
Rumusan masalah
Peningkatan kasus HIV/AIDS pada
kaum gay dan waria di kota yang kental kehidupan beragamanya
3.
Hipotesis
Peningkatan kasus HIV/AIDS pada
kaum gay dan waria dapat ditanggulangi dengan penetapan metode penanggulangan penyuluhan
BAB II PEMBAHASAN
Analisis
Masalah ( Mind mapping)
HIV/AIDS
AIDS (Acquired
Immune Deficiency Syndrome ) dapat diartikan sebagai kumpulan gejala atau
penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh
virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang termasuk famili retroviridae.
AIDS merupakan tahapa kahir dari infeksi HIV. 1
Penularan
Penularan HIV/AIDS terjadi akibat melalui cairan
tubuh yang mengandung virus HIV, yaitu melalui :1
1.
Hubungan sexual (baik homoseksual
maupun hetero seksual)
Kemungkinan tertular adalah 1
dari 200 kali hubungan intim. Model penularan ini adalah yang tersering
didunia. Akhir-akhir ini dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk
menggunakan kondom, maka penularan melalui jalur ini cenderung menurun.2
2.
Jarum suntik pada pengguna
narkotika
pengguna narkotika suntik mempunyai resiko tinggi untuk tertular oleh virus
HIV atau bibit-bibit penyakit lain yang dapat menular melalui darah.
Penyebabnya adalah penggunaan jarum suntik secara bersamaan dan berulang yang
lazim dilakukan oleh sebagian besar pengguna narkotika. Satu jarum suntik
dipakai bersama antara 2 sampai lebih dari 15 orang pengguna narkotika.1
Anggapan bahwa pengguna narkotika hanya berasal dari keluarga broken home
dan kaya juga tampaknya semakin luntur. Pengaruh teman sebaya (peer group) tampaknya lebih menonjol.1
3.
transfusi komponen darah
Transfusi darah yang tercemar HIV
4.
dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang
dilahirkan.
Dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dilahirkan secara : intrauterin,
intrapartum, dan postpartum (ASI). Angka transmisi mencapai 20-50%.
Sebuah study meta-analisis prospektif yang melibatkan penelitian pada 2
kelompok ibu yang menyusui sejak awal kelahiran bayi dan kelompok ibu yang
menyusui setelah beberapa bulan usia bayinya, melaporkan bahwa angka penularan
HIV pada bayi yang belum disusui adalah 14% ( yang diperoleh dari penularan
melalui mekanisme kehamilan dan persalinan), dan angka penularan HIV meningkat
menjadi 29% setelah bayinya disusui.
Bayi normal dengan ibu HIV bisa memperoleh antibodi HIV dariibunya selama
6-15 bulan.2
Gejala Klinis2
-
Masa inkubasi 6 bulan- 5 tahun.
-
Window period selama 6-8 minggu, adalah waktu
saat tubuh sudah terinfeksi HIV tetapi belum terdeteksi oleh pemeriksaan
laboratorium
-
Seorang dengan HIV dapat bertahan
sampai dengan 5 Tahun. Jika tidak diobati, maka penyakit ini akan
bermanifestasi sabagai AIDS.
-
Gejala klinis muncul sebagai
penyakit yang tidak khas, seperti :
Diare kronis, kandidiasis mulut yang luas, Pneumocystis carinii, pneumonia interstisialis limfositik,
Ensefalopati kronik.
Pengobatan dan Pencegahan2
Pengobatan pada
penderita HIV/AIDS meliputi :
1.
Pengobatan suportif
2.
Penanggulangan penyakit
oprtunistik
3.
Pemberian obat antivirus
4.
Penanggulangan dampak psikososial
Pencegahan
penyakit2
1.
Mengindari hubungan seksual
dengan penerita AIDS atau tersangka penderita AIDS
2.
Mencegah hubungan seksual dengan
pasangan yang berganti-ganti atau dengan orang yang mempunyai banyak pasangan
3.
Menghindari hubungan sksual
dengan pecandu narkotika obat suntik
4.
Melarang orang-orang yang
termasuk kedalam kelompok beresiko tinggi untuk melakukan donor darah
5.
Memberikan transfusi darah hanya
untuk pasien yang benar-benar memerlukan/membutuhkan
6.
Memastikan sterilitas alat suntik
Prinsip
pencegahan ABCDE4
A → Abstinence
B→be Faithful
C→use Condom
D→no drug
E→early treatment
Gay
Kata gay berasal dari terminolohi perancis kuno
“gai” yang berarti “senang”, “riang”, “mencolok”. Kata gay ini mengalami
pergeseran arti pad atahun 1637 di Perancia dari darti “riang” menjadi
“ketagihan akan kenikmatan dan tersembunyi” Istilah gay biasanya digunakna
sebagai suatu kata yang berkaitan dengan homoseksual secara menyeluruh, baik
menunjuk pada orang maupun budaya. Pada tahun 1970, kata gaya ini baru
digunakan untuk menunjuk kepada homoseksual laki-laki.3
Penyebab3
Menurut narramore, ada 3 faktor yang menyebabkan
seseorang menjadi gay, al :
1.
Faktor biologis
Faktor bioligis
atau faktor gen, yaitu adanya ketidakseimbangan jumlah hormon pada diri
seseorang sejak lahir memengaaruhi identifikas orientasi seksual seseorang.
Jumlah hormon wanita yang lebih besar dari jumlah horman laki-laki. Hal ini
berpengaruh pada sifat dan perilaku laki-laki tersebut.Jati diri kewanitaan
biasanya lebih kuat, sehingga mereka cenderung berperilaku feminim dan selalu
tertarik terhadap aktivitas yang dilakukan oleh wanita.
2.
Faktor psikologis
Faktor
psikologis yaitu gay yang disebabkan oleh adanya kesalahan pola asuh orang tua
yang mempengaruhi orientasi seksual mereka dikemudian hari. Kesalahna pola asuh
yang dimaksudkan aantara lain ibu yang dominan, ayah yang lemah, atau anak
laki-laki yang terlalu dimanjakan oleh ibu. Ibu yang dominan serta ayah yang
lemah, menyebabkan anak laki-laki kehilangan identitas kelaki-lakiannya
sehingga mereka takut untuk memiliki hubungan dengan perempuan. Anak laki-laki
yang terlau dimanjakan oleh ibunya dapat menyebabkan pertumbuhan kecendrungan
hetero seksual terganggu.
3.
Faktor sosio-kultural
Faktor sosio-kultural
yaitu orientasi seksual seseorang dipengaruhi oleh faktor sosial maupun budaya.
Dalam bidang budaya, pada masyarakat Melanesia, perilaku homoseksual merupakan
buadaya yang harus di lakukan.
Pembahasan skenario
Langkah-langkah
menanggulangi peningkatan penyakit HIV/AIDS
1.
Identifikasi
Dari langkah ini kita mengambil 3 kondisi yang
paling memungkinan:
·
Kondisi sosial
·
Kondisi lingkungan
·
Kondisi psikis
2.
Membandingkan teori
dengan realitas
Dalam tahap ini, kita membandingkan teori-teori yang ada
dengan kehidupan yang nyata.
3.
Penetapan prioritas
masalah
Pada tahap ini,kita memilih masalah mana yang paling
dominan pada saat tahap identifikasi
4.
Analisis
Langkah yang dilakukan sebelum analisis adalah dengan
membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh. Proses ini disebut dengan
koding. Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisai dan mensistematiskan data
secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang
topik yang dipelajari.
Langkah selanjutnya adalah pengujian terhadap dugaan,\.
Dugaan adalh kesimpulan sementara. Oleh karena itu peneliti mempelajari data
yang diperoleh, mengembangkan dugaan-dugaan yang adalah juga merupakan
kesimpulan-kesimpulan sementara. Dugaan tersebut terus dipertajam dan diuji
kebenarannya.
5.
Penetapan metode
penanggulangan
Setelah melakukan 4 tahap
tersebut, sekarang kita memilih cara penanggulangan yang tepat dari beberapa
cara yang ada.
Pada realita, orintasi seksual apa yang berlaku di masyarakat
tidak hanya heteroseksual. Bagi mereka yang terimbas peradaban denganberbagai
aturan normatif, jelas hanya mengakui hal yang sesuai dengan ajaran agama dan
sosial, yaitu noram heteroseksual. Hal ini membuat gay/waria dianggap sebagai
sesuatu yang menyimpang. Oleh karena itu, hubungan heteroseksual
merupakanhubungan yang ideal. Hal tersebut membuat kaum homoseksual cenderung
tersingkir dari masyarakat dan memunculkan apa yang disebut labeling.
III PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa kita
bisa mengetahui gejala klinis orang yang terkena HIV/AIDS dan dapat melakukan
pencegahan tertularnya HIV/AIDS serta yang paling mempengaruhi seseorang
menjadi gay/waria adalah faktor genetik dan lingkungan. Karena genetik
merupakan sifat turunan dari orang tua. Faktor lingkungan juga lebih berperan
dalam proses identifikasi seksual
seseorang.
Daftar Pustaka
1. Djoerban Z,
Djauzi S. HIV/AIDS di
Indonesia.
Dalam: Editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-4. Jakarta: Pusat
Penerbitan Depertemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI; 2006.h.1803
2. Widoyono. Penyakit tropis :
HIV-AIDS.
Jakarta: Penerbit Erlangga; 2008.h.83, 85-8.
3. Sunardy. Skripsi : gambaran reorientasi seksual pada gay.
Jakarta; 2010.h.3, 4, 13, 14,18-20.
4.
Informasi dasar
HIV/AIDS. Diunduh dari http://www.scribd.com/doc/6308900/Info-dasar-HIVppt, 06 november 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar