Laporan Praktikum Fisiologi
                                                          Mekanisme Sensorik                               



 


Kelompok D5
Nama
NIM
Albertha Febriani Meta
10 2010 331

Laurensius Raven Kojansow
10 2011 021

Novitalia
10 2011 062

Meryn
10 2011 133

Bodi Eko Febrianto
10 2011 166

Vania Levina
10 2011 259

Paskalia Endosetriani Romas
10 2011 326

Amandus Imnha Tamba
10 2011 363

Elcha
10 2011 406




Tujuan Utama Percobaan
Pada  kesempatan praktikum fisiologi yang pertama pada blok 6 Neuroscience ini, yaitu mengenai mekanisme sensorik, percobaan yang akan dilakukan dalam enam percobaan yang berbeda yaitu percobaan I, percobaan II, percobaan III, percobaan IV, percobaan V sampai pada percobaan VI dimaksudkan dengan harapan untuk dapat mengetahui dan memahami mekanisme sensorik itu sendiri yang akan menguji reseptor-reseptor sebagai alat sensorik atau penerima ransang dari tubuh. Reseptor-reseptor yang akan diuji adalah reseptor-reseptor terhadap rasa dingin, panas, nyeri, tekan dan juga raba.

Dalam keseluruhan percobaan-percobaan, alat-alat dan bahan-bahan yang diperlukan, tercantum di bawah ini:
Alat dan bahan
1.      3 waskom dengan air berduhu 200, 300, dan 400
2.      Gelas beker dan termometer kimia
3.      Es
4.      Alkohol dan eter
5.      Kerucut kuningan + bejana berisi kikiran kuningan + estiometer rambut frey + jarum
6.      Pensil + jangka + pelbagai jenis ampelas+ benda-benda kecil + bahan-bahan pakaian







Percobaan I
Perasaan subyektif panas dan dingin
Tujuan: Mengetahui perasaan subyektif OP terhadap ransangan panas dan dingin
Langkah Kerja
1.      Sediakan 3 waskom bersuhu kira-kira 200, 300, dan 400
2.      Masukkan tangan kanan ke  dalam air bersuhu 200 dan tangan kiri ke dalam air bersuhu 400 selama ± 2 menit
3.      Catat kesan apa yang dialami
4.      Kemudian masukkan segera kedua tanga itu serentak kedalam air bersuhu  300 . catat kesan apa yang saudara alami
5.      Tiup perlahan-lahan kulit punggung tangan jering dari jarak ± 10cm
6.      Basahi sekarang kulit punggung tangan tersebut dengan air dan tiup sekali lagi dengan dengan kecepatan seperti di atas.
Bandingkan kesan yang saudara alami hasil tiupan pada sub.5 dan 6
7.      Olesi sebagian kulit punggung tangan dengan eter atau alkohol. Kesan apa yang saudara alami ?
Hasil Percobaan
·         Saat memasukkan tangan kanan pada air bersuhu 20 dan tangan kiri pada air bersuhu 40, OP merasakan rasa hangat pada tangan kanan dan rasa dingin pada tangan kiri yang menimbulkan rasa tidak nyaman bagi OP
·         Saat memasukkan tangan kiri dan kanan bersamaan pada air bersuhu 30, tangan kanan OP merasakan rasa yang lebih hangat dan tangan kiri OP merasakan rasa lebih dingin yang sama sehingga OP menyatakan merasa lebih nyaman.
·         Pada punggung tangan yang kering dan ditiup, OP merasakan ada angin yang berhembus di tangannya dan terasa sejuk.
·         Ketika diberikan air pada pada punggung tangan OP dan kemudian ditiup, OP merasa tiupan lebih dingin dibandingkan dengan ketika punggung tangan kering.
·         Kemudian ketika diberikan alkohol atau eter pada punggung tangan OP, lalu ditiup, OP merasakan sensasi dingin yang jauh lebih dingin dibandingkan pada punggung tangan kering dan punggung tangan yang dibasahi oleh air.
Percobaan II
Titik panas, dingin, tekan, dan nyeri di kulit
Tujuan: Mengetahui letak titik panas, dingin, tekan dan nyeri pada kulit
Langkah Kerja
1.      Letakkan punggung tangan kanan saudara di atas sehelai kertas dan tarik garis pada pinggir tangan dan jari-jari sehingga terdapat lukisan tangan.
2.      Pilih dan gambarkan di telapak tangan itu suatu daerah seluas 3x3cm dan gambarkan pula daerah itu d lukisan tangan pada kertas. Kotak 3x3cm dibuat lagi menjadi 12x12 kotak, jadi ∑ 144 kotak kecil.
3.      Tutup mata OP dan letakkan punggung tangan kanan di atas meja.
4.      Selidiki  secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang membrikan garis panas yang jelas pada telapak tangan tersebut dengan menggunakan keruncut kuningan yang telah dipanasi. Cara memanasi keruncut kuningan yaitu dengan menempatkannya pada bejana berisi kikiran kuningan yang direndam air panas bersuhu 500
5.      Ulangi penyelidikan yang serupa pada no.4 dengan kerucut kuningan yang telah didinginkan. Cara mendinginkan kerucur kuningan yaitu dengan menempatkannya  dalam bejana berisi kikiran kuningan yang direndam dalam air es.
Tandai titik-titik dingin yang diperoleh dengan tinta.
6.      Selidiki pula menurut cara diatas titik-titik yang memberi kesan tekan dengan menggunakan estiometer rambut frey dan titik-titik yang memberikan kesan nyeri dengan jarum.
7.      Gambarkan dengan simbol yang berbeda semua titik yang diperoleh pada lukisan tangan di kertas.
Hasil Percobaan
(terlampir)


Percobaan III
Lokalisasi Taktil
Tujuan: Mengetahui letak atau lokasi taktil (sistem sensorik sentuhan) pada OP
Langkah kerja
1.    Tutup mata OP dan tekankan ujung pensil pada suatu titik di kulit ujung jarinya.
2.    Suruh sekarang OP melokalisasi tempat yang baru dirangsang tadi dengan ujung semua pensil pula.
3.    Tetapkan jarak antara titik rangsang dan titik yang ditunjuk.
4.    Ulangi percobaan di atas sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata untuk kulit ujung jari, telapak tangan, lengan bawah, lengan atas dan tengkuk.
Hasil Percobaan
a.       Percobaan pada Ujung Jari
Ujung Jari 1     : 0,4 cm
Ujung Jari 2     : 0,3 cm
Ujung Jari 3     : 0,4 cm
Ujung Jari 4     : 0,3 cm
Ujung Jari 5     : 0,3 cm
Jarak rata-rata yang dihasilkan: 0,34 cm
b.      Percobaan pada Telapak Tangan
Titik 1              : 0,3 cm
Titik 2              : 0,7 cm
Titik 3              : 0,5 cm
Titik 4              : 0,7 cm
Titik 5              : 0,4 cm
Jarak rata-rata yang dihasilkan: 0,52 cm

c.       Percobaan pada Lengan Bawah
Titik 1              : 0,9 cm
Titik 2              : 1,4 cm
Titik 3              : 1,5 cm
Titik 4              : 0,3 cm
Titik 5              : 1,3 cm
Jarak rata-rata yang dihasilkan: 1,08 cm

d.      Percobaan pada Lengan Atas
Titik 1              : 2,2 cm
Titik 2              : 1,4 cm
Titik 3              : 1,5 cm
Titik 4              : 0,3 cm
Titik 5              : 0,2 cm
Jarak rata-rata yang dihasilkan: 1,12 cm

e.       Percobaan pada Tengkuk
Titik 1              : 0,8 cm
Titik 2              : 0,6 cm
Titik 3              : 1,0 cm
Titik 4              : 0,6 cm
Titik 5              : 0,8 cm
Jarak rata-rata yang dihasilkan: 0,76 cm




Percobaan IV
Diskriminasi Taktil
Tujuan: Mengetahui dan memahami diskriminasi taktil
Langkah kerja
1.    Tentukan secara kasar ambang membedakan dua titik untuk ujung jari dengan menempatkan kedua ujung jangka secara serentak ( simultan ) pada kulit ujung jari.
2.    Dekatkan kedua ujung jangka itu sampai di bawah ambang, kemudian jauhkan berangsur-angsur sehingga kedua ujung jangka itu tepat dapat dibedakan sebagai 2 titik.
3.    Ulangi percobaan ini dari suatu jarak permulaan di atas ambang.
Ambil angka ambang terkecil sebagai ambang diskriminasi taktil tempat itu.
4.    Lakukan percobaan di atas sekali lagi, tetapi sekarang dengan menempatkan kedua ujung jangka secara berturut-turut ( suksesif ).
5.    Tentukan dengan cara yang sama ( simultan dan suksesif ) ambang membedakan dua titik ujung jari, tengkuk dan pipi.
6.    Catat apa yang saudara alami.
Hasil Percobaan
·         Secara Serentak ( Simultan )
a.       Percobaan pada ujung Jari
-          Pada jarak 0,3 cm : 1 titik
-          Pada jarak 0,5 cm  : 2 titik
-          Pada jarak 1 cm    : 2 titik
-          Pada jarak 2 cm    : 2 titik
b.      Percobaan pada Tengkuk
-          Pada jarak 0,5 cm : 1 titik
-          Pada jarak 1 cm    : 1 titik
-          Pada jarak 2,5 cm : 1 titik
-          Pada jarak 3 cm    : 1 titik
-          Pada jarak 5 cm    : 2 titik
c.       Percobaan pada Pipi
-          Pada jarak 0,5 cm : 1 titik
-          Pada jarak 1 cm    : 1 titik
-          Pada jarak 2 cm    : 2 titik
-          Pada jarak 3 cm    : 2 titik
·         Secara Berturut-turut ( Suksesif )
a.       Percobaan pada Ujung Jari
-          Pada jarak 0,2 cm : 1 titik
-          Pada jarak 0,3 cm : 2 titik
-          Pada jarak 0,5 cm : 2 titik
b.      Percobaan pada Tengkuk
-          Pada jarak 0,5 cm : 1 titik
-          Pada jarak 1 cm    : 2 titik
-          Pada jarak 2,5 cm : 2 titik
c.       Percobaan pada Pipi
-          Pada jarak 1 cm    : 1 titik
-          Pada jarak 2 cm    : 2 titik
-          Pada jarak 3 cm    : 2 titik
Dari hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa OP memiliki kemampuan untuk menentukan tempat rangsang taktil yang biasa disebut Topognosia.


Percobaan V
Perasaan Iringan (After Image)
Tujuan: Mengetahui dan memahami apakah yang dimaksud dengan perasaan iringan.
Langkah kerja
1.      Letakkan sebuah pensil antara kepala dan daun telinga dan biarkan di tempat itu selama saudara melakukan percobaan VI.
2.      Setelah saudara selesai dengan percobaan VI angkatlah pensil dari telinga saudara dan apakah yang saudara rasakan setelah pensil itu diambil?
Hasil Percobaan
Hasil dari percobaan ini adalah setelah beberapa saat OP meletakkan sebuah pensil di antara kepala dan daun telinga, kemudian pensil itu diangkat, OP masih merasakan pensil itu masih berada di antara kepala dan daun telinganya.  Hal ini terjadi karena adanya impuls yang terus beredar dalam lingkaran rantai neuron daerah yang terangsang, walaupun stimulus sudah tidak ada lagi.


Percobaan VI
Daya membedakan berbagai sifat benda
Tujuan: Mengetahui besar daya atau kemampuan  untuk membedakan berbagai sifat benda.
Langkah kerja
a.       Kekasaran Permukaan Benda
1.    Dengan mata tertutup suruh OP meraba-raba permukaan ampelas yang mempunyai derajat kekasaran yang berbeda-beda.
2.      Perhatikan kemampuan OP untuk membedakan derajat kekasaran ampelas.
b.      Bentuk Benda
1.    Dengan mata tertutup, suruh OP memegang-megang benda-benda kecil yang saudara berikan ( pensil, penghapus, rautan, koin dan lain-lain ).
2.    Suruh OP menyebutkan nama/bentuk benda-benda itu.
c.       Bahan Pakaian
1.    Dengan mata tertutup, suruh OP meraba-raba bahan-bahan pakaian yang saudara berikan.
2.    Suruh OP setiap kali menyebutkan jenis/sifat bahan yang dirabanya itu.
Bila OP membuat kesalahan dalam membedakan sifat benda ( ukuran, bentuk, berat, permukaan ), apa nama kelainan neurologis yang dideritanya?
Hasil Percobaan
a.       Kekasaran Permukaan Ampelas
Dengan posisi mata tertutup, OP dapat membedakan derajat kekasaran permukaan ampelas dengan cara mengurutkan dari yang permukaannya paling kasar hingga yang permukaannya paling halus.
b.      Bentuk Benda
Dengan posisi mata tertutup, OP dapat membedakan bentuk-bentuk benda yang diberikan. Pada percobaan ini, benda-benda yang digunakan adalah pensil, penghapus, rautan, koin, dan penggaris.
c.       Bahan Pakaian
Dengan posisi mata tertutup, OP dapat membedakan jenis dan sifat dari bahan kain yang ia raba. Bahan kain yang diberikan pada OP berupa kain kasar tidak berserat, kain kasar berserat, dan kain halus.
Dari percobaan di atas, dapat disimpulkan bahwa OP tidak menderita Astereognosis/Stereoagnosis, yaitu suatu kelainan neurologis di mana seseorang tidak bisa membedakan sifat benda (ukuran, bentuk, berat, permukaan) dengan keadaan mata tertutup



Percobaan VII
Tafsiran sikap
Tujuan: Mengetahui tafsiran sikap pada OP
Langkah kerja
1.    Suruh OP duduk dan tutup mata.
2.    Pegang dan gerakan secara pasif lengan bawah OP ke dekat kepalanya, ke dekat dadanya, ke dekat lututnya, dan akhirnya gantungkan di sisi badannya.
3.    Tanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan OP.
4.    Suruh OP dengan telunjuknya menyentuh telinga, hidung, dan dahinya dengan perlahan-lahan setelah setiap kali mengangkat lurus lengannya.
5.    Perhatikan apakah ada kesalahan.
Bila OP membuat kesalahan dalam melokalisasikan tempat-tempat yang diminta, apa nama kelainan neurologis yang dideritanya?
Hasil Percobaan
·         Dengan keadaan mata tertutup, OP dapat melakukan gerakan pasif sesuai dengan pengarahan dari seorang yang lain. Dalam percobaan ini, gerakan pasif yang OP lakukan dengan pengarahan dari teman lain adalah lengan bawah OP di dekatkan ke kepalanya, lalu ke dekat dada, kemudian ke dekat lututnya, lalu akhirnya menggantungkan di sisi badannya.
·         Dengan keadaan mata tertutup juga, OP dapat melakukan kegiatan yang diperintahkan oleh seorang lainnya dengan baik. OP disuruh untuk menyentuh leher, telinga, hidung, dan dahinya dengan perlahan-lahan setelah setiap kali mengangkat lurus lengannya.
Dari percobaan di atas, dapat disimpulkan bahwa OP tidak menderita Dysdiadochokinesis, yaitu kelainan neurologis di mana seseorang tidak dapat melokalisasikan tempat-tempat yang diminta.



Pembahasan
Rangsang yang diberikan ke dalam tubuh kita baik eksternal maupun internal amat sangat berpengaruh dalam kehidupan kita, dalam hal ini kaitannya adalah dengan bagaimana kita merespon ransang tersebut.
Respon-respon tersebut ditentukan oleh sebuah mekanisme dimana mekanisme tersebut adalah pemrosesan informasi yang ditransmisikan oleh serat-serat saraf otak dari berbagai reseptor yang terletak di seluruh tubuh (mekanisme sensorik). Sensasi-sensasi tersebut diklasifikasikan menjadi indera kutan, viseral, olfaktorius, penciuman, visual, pendengaran dan posisi.Tiga komponen dari mekanisme sensori adalah organ pengindera atau reseptor, jaras sensoris ke otak dan area sensoris otak di korteks serebri.1
Mekanisme sensorik yang terjadi dalam tubuh kita umumnya adalah sebagai berikut (seperti yang telah dipelajari pada blok sebelumnya) yaitu adanya stimulus mengaktifkan voltage gated channel yaitu kanal ion terbuka. Kemudian terjadi perpindahan ion (Na+ ke dalam dan K+ keluar). Perpindahan ini mengakibatkan perubahan potensial membran berupa 3 event (depolarization, repolarization, dan hyperpolarization). Akhirnya terjadi fluktuasi yaitu perubahan dari nilai normal yang berfungsi sebagai senyal listrik. Penghantaran impuls sensorik ini berkaitan dengan sistem pompa ion dalam tubuh. Terjadinya potensial membran sel akibat perbedaan distribus ion Na, K, dan anion. 2
Fluktuasi yang dimaksud memiliki 2 bentuk dasar yaitu :2
  • Gradded Potential : Terjadi sesaat, perubahan lokal potensial membran. Intensitas berkurang sesuai dengan jarak yang ditempuhnya. Besarnya potensial bergantung pada kekuatan stimulus yang diberikan. Graded potensial yang cukup besar (mencapai Threshold / ambang) dapat menginisiasi Action potential. Arus yang terjadi segera menghilang akibat kebocoran membran plasma. Graded potential hanya dapat berjalan pada jarak yang dekat.
  • Action Potential : Berfungsi sebagai sinyal jarak jauh. Memungkinkan komunikasi jarak jauh. Penjalaran impuls satu arah dari asal stimulus. Memiliki komponen Depolarisasi yaitu perubahan potensial dari -70mV menjadi +30mV akibat adanya influx Na+ , Repolarisasi yaitu potensial membran kembali ke potensial istirahat dari +30mV menjadi -70mV akibat adanya efflux K+, Hyperpolarisasi / undershoot yaitu potensial menjadi lebih negatif daripada potensial istirahat akibat perpindahan ion kalium.
Sensasi taktil mencakup pengenalan akan sentuhan, tekanan, dan getaran oleh tubuh. Sensasi tersebut diperantarai oleh reseptor taktil yang berbeda lokasinya sebagai contoh reseptor sentuhan terletak pada atau dekat kulit sementara reseptor tekanan lebih dalam ke jaringan.3
Reseptor taktil adalah mekanoreseptor, sel yang berespon terhadap deformasi fisik dan kompresi dengan depolarisasi yang menyebabkan potensial reseptor. Oleh karena itu, apabila dikaitkan dengan pembahasan akan mekanisme sensori sebelumnya maka apabila ada ransangan yang kuat yang menyebabkan depolarisasi kuat dapat mengaktifkan serabut saraf pada reseptor yang dapat menyebabkan terjadinya potensial aksi.2,3
Ada 6 jenis reseptor taktil,  yaitu:3
-          Ujung saraf bebas
Reseptor yang berespon terhadap sentuhan dan dijumpai di seluruh kulit. Ujung saraf bebas juga berespon terhadap stimulus rasa nyeri
-          Badan Meissner
Reseptor sentuhan yang dijumpai di area tubuh yang tidak dijumpai rambut terutama pada ujung jari atau bibir. Reseptor ini memungkinkan diskriminasi tepat mengenai lokasi sentuhan.
-          Ujung lebar
Berkaitan dengan Badan Meissner namun terletak pada bagian tubuh yang berambut. Reseptor ini memberi informasi mengenai sentuhan yang kontinu, yang berespon dengan sinyal yang kuat apabila sentuhan dilakukan dan berlanjut dengan sinyal lemah apabila sentuhan tersebut masih ada. Reseptor ini memungkinkan diskriminasi halus mengenai lokasi dan kualitas sentuhan.
-          Reseptor End- Organ rambut
Reseptor pada bagian dasar folikel rambut yang berfungsi sebagai reseptor sentuhan.
-          Reseptor End- Organ ruffini
Serabut saraf yang terletak di bawah kulit dan jaringan dibawahnya. Reseptor ini mencetuskan potensial aksi terus menerus sebagai respon terhadap deformasi. End organ ruffini terdapat di sendi dan memberikan informasi mengenai sendi dan gerakan.
-          Badan Paccini
Serabut yang cepat beradapatasi dan terletak di bawah kulit dan organ lain, misalnya pada penis, klitoris dan puting. Badan Paccini mencetuskan potensial aksi dengan cepat apabila terjadi sentuhan, terutama sentuhan yang melibatkan tekanan, getaran berfrekuensi tinggi dan beradaptasi dengan cepat.
Sementara itu pada sensasi suhu, diketahui melalui reseptor spesifik hangat dan dingin yang terletak di bawah kulit. Reseptor dingin umumnya lebih banyak daripada reseptor hangat.3 Reseptor nyeri juga berpengaruh pada sensasi suhu, hal ini dapat kita rasakan apabila berada pada tempat yang terlalu dingin atau terlalu panas maka akan menimbulkan rasa nyeri.
Reseptor suhu bukanlah mekanoreseptor melainkan reseptor yang diaktifkan oleh senyawa kimia oleh zat yang dihasilkan sel akibat metabolism tubuh sebagai respon terhadap suhu.3
Alkohol atau CH3COOH merupakan nama dari asam asetat yaitu larutan senyawa yang bersifat asam. Alkohol atau asam asetat dalam suhu ruangan berwujud cair dan memiliki titik didih yang cukup tinggi dibandingkan eter. Ketika alkohol atau asam asetat bersentuhan dengan kulit dan kemudian diberikan tiupan akan timbul sensasi dingin akibat reaksi oksidasi alkohol yaitu reaksi pengikatan oksigen.
Refleks after image atau refleks pengiringan adalah sebuah gambaran atau bayangan atau perasaan yang masih tertinggal setelah adanya ransangan. Refleks pengiringan dapat dikatakan positif terjadi disebabkan oleh reseptor yang diransang terus menerus dan proses pada neuron yang diikuti oleh stimulus yang berkelanjutan dan biasanya bertahan tidak lama.4
Hal ini pula lah yang menjelaskan refleks pengiringan yang terjadi pada OP berdasarkan percobaan V dimana meski rangsang telah tidak diberikan namun OP masih merasakan adanya rangsang atau stimulus yang dikenakan pada dirinya.



Daftar Pustaka
1.         Anderson PD. Anatomi dan Fisiologi tubuh manusia; latihan dan panduan belajar. Jakarta: EGC; 1996.
2.         Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology. 11st ed. Pennsylvania: Elsevier Saunder, 2006.
3.         Corwin EJ. Patofisiologi: buku saku. Jakarta: EGC; 2009.
4.         Corsini R. The dictionary of Phychology. New York: Brunner-Routledge; 2002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar