Pigmentasi
dan Faktor Genetik
VANIA LEVINA
102011259
KELOMPOK F3
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta
11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731
I.
Pendahuluan
Dalam kasus ini seorang
dokter menyaarankan sepasang suami istri untuk melakukan pemeriksaan kromosom
dan DNArekombinan. Berbagai kelainan yang ditemukan dewasa ini, ternyata ada
hubungannya dengan kelainan genetik. Untuk meneliti kelainan ini, telah
dikembangkan sejumlah metode. Salah satunya adalah metode DNA rekombinan yang
melibatkan peranan dari enzim restriksi. Teknik DNA rekombinan inidapat
digunakam untuk mengidentifikasi gen yang cacat.
Pada makalah ini saya
akan membahas tentang faktor pigmentasi yang menyebabkan noda hitam di wajah
sejak lahir dan faktor genetik yang didalamnya akan dibahas juga mengenai
pembelahan sel, ekspresi gen, dan kromosom.
II.
ISI
I.
Istilah
tidak diketahui
1. Kromosom
Kromosom
(bahasa Yunani:
chroma, warna; dan soma, badan) merupakan struktur di
dalam sel berupa deret
panjang molekul
yang terdiri dari satu
molekul
DNA
dan
berbagai protein
terkait yang merupakan informasi
genetik suatu organisme.
1
2. DNA
kromosom
DNA
rekombinan (rDNA) adalah bentuk DNA buatan yang dibuat dengan menggabungkan dua
atau lebih sekuens.2
3. Enzim
restriksi
4. Basa
Nitrogen
Molekul organik yang berasal dari bagian
nukleotida.4
II.
Rumusan
masalah
Adanya noda hitam pada wajah anaknya sejak lahir
Pigmen 5
Warna kulit tergantung pada 3 (tiga) komponen
menurut derajat yang bervariasi. Jaringan memiliki warna inheren kekuningan
akibat kandungan karoten. Adanya Hb beroksigen dalam dasar kapiler dari dermis
memberinya warna kemerahan. Dan warna kecoklatan sampai kehitaman adalah akibat
jumlah pigmen melanin yang bervariasi . Dari ketiga substansi berwarna ini
hanya melanin yang dihasilkan di kulit. Melanin adalah produk dari melanosit.5,
6
Histologi
Melanosit
Melanosit
merupakan sel khusus yang terdapat pada epidermis, dijumpai di bawah atau di
antara sel-sel stratum basalis dan pada folikel rambut. Asal embriologi dari melanosit berasal dari
sel krista neural. Melanosit memiliki bentuk badan sel bulat tempat bermulanya
cabang-cabang panjang yang ireguler dalam epidermis. Cabang-cabang ini berada
di antara sel-sel stratum basalis dan stratum spinosum.5-7
Pembentukan Pigmen Melamin
Melanin
dibentuk oleh melanosit dengan enzim tirosinase memainkan peranan penting dalam
proses pembentukannya. Sebagai akibat dari kerja enzim tironase, tiroksin
diubah menjadi 3,4
dihidroksiferil alanin (DOPA) dan kemudian menjadi dopaquinone, yang kemudian
dikonversi, setelah melalui beberapa tahap transformasi menjadi melanin. Enzim
tirosinase dibentuk dalam ribosom, ditransfer dalam lumer retikulum endoplasma
kasar, melanosit diakumulasi dalam vesikel yang dibentuk oleh kompleks golgi. 4
tahapan yang dapat dibedakan pada pembentukan granul melanin yang matang : 6
Tahap
1 Sebuah vesikel dikelilingi
oleh membran dan menunjukkan awal proses dari aktivitas enzim tirosinase dan
pembentukan substansi granul halus; pada bagian perifernya. Untaian-untaian
padat elektron memiliki suatu susunan molekul tirosinase yang rapi pada sebuah
matrik protein.
Tahap
2 Vesikel (melanosom) berbentuk
oval dan memperlihatkan pada bagian dalam filamen-filamen dengan jarak sekitar
10 nm atau garis lintang dengan jarak sama. Melanin disimpan dalam matriks
protein.
Tahap 3 Peningkatan pembentukan melanin
membuat struktur halus agak sulit terlihat.
Tahp
4 Granul melanin matang dapat
terlihat dengan mikroskop cahaya dan melanin secara sempurna mengisi vesikel.
Utrastruktur tidak ada yang terlihat. Granul yang matang berbentuk elips,
dengan panjang 1 μm dan diameter 0,4 μm..
Ketika dibentuk granul melanin migrasi di dalam
perluasan sitoplasma melanosit dan ditransfer ke sel-sel dalam stratum
germinativum dan spinosum dari epidermis. Proses transfer ini telah diobservasi
secara langsung pada kultur jaringan kulit.6
Granul melanin pada dasarnya diinjeksikan ke dalam
keratinosit. Ketika di dalam keratinosit, granul melanin berakumulasi di dalam
sitoplasma di daerah atas inti (supranuklear), jadi melindungi nukleus dari
efek merusak radiasi matahari.6
Meskipun melanosit yang membentuk melanin, namun
sel-sel epitel/keratinositlah yang menjadi gudang dan berisi lebih banyak
melanin, dibandingkan melanosit sendiri. Di dalam keratinosit, granul melanin
bergabung dengan lisosom – alasan mengapa melanin menghilang pada sel epitel
bagian atas.
Faktor-faktor penting dalam interaksi antara
keratinosit dan melanosit yang menyebabkan pigmentasi pada kulit:6
1.
kecepatan pembentukan granul melanin dalam melanosit
2.
perpindahan granul ke dalam keratinosit, dan
3.
penempatan terakhirnya dalam keratinosit
Mekanisme
umpan balik bisa bertahan selama dalam keratinosit
Melanosit dapat dengan mudah dilihat dengan fragmen
inkubasi epidermis pada dengan dopa. Komposisi ini dikonversikan menjadi
deposit coklat gelap melanin pada melanosit, reaksinya dikatalisasi oleh enzim
tirosinase. Metode ini memungkinkan untuk menghitung jumlah melanosit per unit
area epidermis. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa melanosit tidak
didistribusikan secara random di antara keratinosit, agak tampak ada pola pada
distribusinya, yang disebut dengan epidermal-melanin unit.6
Pada manusia, ratio dopa-positif melanosit terhadap
keratinosit pada statum basah adalah konstan di dalam setiap area tubuh, tetapi
bervariasi dari satu regio ke regio yang lain. Sebagai contoh, ada sekitar 1000
melanosit/mm2
di kulit daerah paha dan 2000/mm2 di kulit skrotum. Jenis kelamin
dan ras tidak mempengaruhi jumlah melanosit/unit area. Perbedaan pada warna
kulit terutama karena perbedaan jumlah granul melanin pada keratinosit.6

·
Pembelahan
sel
Semua bersel banyak dan membiak secara sexual
tergantung dari pembelahan sel. Meskipun setiap makhluk terjadi dari sebuah sel
tunggal yang disebut zigot, akan tetapi pembesaran dan perbanyakan dari sel
tunggal itu sangant diperlukan agar supaya makhluk itu mencapai ukuran yang
semestinya. Pembelahan sel yang lengkap dibedakan atas dua proses, yaitu :
pembelahan inti sel (karyokinesis) dan pembelahan sitoplasma (sitokinesis).10
Makhluk
yang membiak secara sexual mengenal 2 macam pembelahan inti, yaitu : pembelahan
biasa (mitosis) dan pembelahan reduksi (meiosis).
1. Mitosis
Pada
mitosis, bahan inti sel terbagi sedemikian rupa sehingga dari satu sel
dihasilkan dua buah sel anakan yang masing-masing memiliki sifat genetik sama.
Mitosis dibedakan menjadi 5 fase : Interfase, Profase, Metafase, Anafase, dan
Telofase.10
Interfase
: Pada fase
ini, ADN berlipat dua dan tiap kromosom membelah memanjang menjadi dua bagian
yang masing-masing telah terikat oleh sebuah sentromer bersamaan. Belahan
kromosom ini disebut kromatid.10
Profase
: Pada
tahap ini, mula-mula sentriol telah megalami replikasi dan terletak ditengah
sel di dekat inti akan bergerak menuju ketepi diikuti oleh adanya mikrotubuli
yang membentuk radiair mengelilingi setiap sentriol sehingga tampak seperti
sinar bintang dan dinamakan aster.10
Sentriol
dan asternya akan bergerak terus ke pinggir sel dan sementara itu mikrotubuli
akan membentuk bangunan yang menghubungkan kedua sentriol sehingga akan tampak
bangunan yang seperti kumparan yang dinamakan spindel. Didalam inti sel akan
terjadi pula perubahan-perubahan yang dimulai dengan perubahan pada kromosom.
Benang-benang kromatin yang dalam tahap interfase telah membentuk
pasangan-pasangan kromatid yang mempunyai bagian yang mengecil yang dinamakan
kinetokor akan melakukan gerakan memutar dengan kinetokornya sebagai pusat
gerakan sehingga benang-benang ini akan memutar satu sama lain disertai dengan
pemendekkan benang-benang kromatid sehingga tampak menjadi lebih tebal. Dengan
demikian maka susunan dan bentuk kromatid akan tampak lebih jelas sebagai suatu bangunan yang
berupa kromosom dengan sentromer dan lengan-lengannya.10
Pada akhir tahap
profase ini akan dapat dilihat adanya perubahan-perubahan : membran inti telah
menghilang, nukleolus telah meghilang, sentriol telah mencapai kutub-kutub, dan
benang-benang kromatid telah terlihat sebagai kromosom.10
Metafase
: Pada tahap
ini, benang kromatid yang telah membentuk kromosom akan menempatkan diri
dibidang ekuator antara dua buah kutub pembelahan. Pada waktu itu juga
terbentuk benang-benang penghubung antara kinetokor dengan kutub-kutub
pembelahan sel yang dinamakan chromosomal fibers yang nantinya bertidak
seolah-olah sebagai benang yang menarik kromatid ke arah kutub-kutub pembelahan
sel.10
Setelah
semua kromati dtersusun dalam bidang ekuator, kromatid ini aka mulai terpisah
dari pasangannya dan masing0masing akan dihubungkan dengan kutub pembelahan sel
pada tiap sisi. Tahap metafese ini di akhiri dengan tertariknya bagian
kinetokor ke arah kutub pembelahan sek masing-masing sementara itu bagian
lengan kromatidnya mesih melekat satu sama lainnya.10
Anafase
: Pada
tahap ini akan terjadi pemisahan lengan-lengan kromatid secara sempurna
sehingga beetul-betul terbentuk pasangan kromosom yang masing-masing akan
bergerak menuju kearah kutub pembelahan sel. Pergerakkan kromosom ini semula
diduga akibat tarikan benang-benang spindel yang menghubungkan kinetokor dengan
kutub pembelahan sel tetapi dari hasil penelitian selanjutnya diketahui bahwa
pergerakan ini disebabkan oleh karena pemendekkan chromosomal fibers yang
tersusun dari mikrotubuli yang mengandung tibulin yang akan mengalami
polimerisasi sehingga mikrotibulinya memendek.10
Kromatid
yang telah terpisah sempurna ini yang dikenal sebagai kromosom.
Pada tahap akhir
anafase ini akan tampak bahwa kromosm telah berkumpul atau mengelompok pada
masing-masing kutub pembelahan sel dan disamping itu membran plasma akan tampak
mulai berubah sehingga aka tampak lebih memanjang atau lonojong.10
Telofase
: Pada fase
ini pembelahan telah selesai, terbentuk lagi dinding inti. Jadi, pada akhir
tahpa telofase ini akan terbentuk dua sel yang sama bentuk dan sifatnya karena
berasal dari satu sel dan masing-masing mengandung kromosom yang sama karena
kromosomnya juga bersal dari satu kromosom yang mengalami replikasi.10, 11
2. Meiosis
Meiosis berlangsung
dalam dua tahap, yaitu : meiosis I dan meiosis II
Meiosis
I
Profase
I : Tahap
profase I ini merupakan tahap yang paling menentukkan dalam proses meiosis
karena dalam tahap ini terjadi beberapa perubahan mendasar antaranya adalah
pembentukkan pasangan kromosom homolog, pertukaran bahan-bahan genetik, dsb.11
Oleh
karena itu, tahap ini memakan waktu yang paling lama dan juga merupakan tahap
yang paling kompleks berbeda dengan tahap profase dalam tahap mitosis. Tahap
profase I ini dibedakan menjadi 5 bagian, yaitu : Leptonema, zigonema,
pakhinema, diplonema, dan diakinesis.10, 11
Leptonema : Kromosom diploid yang jumlahnya 4 tampak
sebagai benang panjang, tunggal dan tipis.10
Zigonema : Ke empat kromosom itu saling
berdekatan dan membentuk pasangan yang disebut sinapsis.10
Pakhinema : Kromosom menjaadi pendek dan tebal.10
Diplonema : Masing-masing
kromosom membelah memanjang sehingga membentuk kromatid. Empat kromatid itu
dinamakan tetrad.10
Diakinesis : Kromatid-kromatid yang tidak serupa
(dari sentromer yang lain) dapat bersilang. Tempat persilangan ini disebut
khiasma (jamak:khiasmata). Di tempat khiasmata itu kromatid akan putus dan
segmen dari satu kromatid akan bersambung dengan potongan segmen kromatid yang
lain.peristiwa penukaran segmen dari kromatid yang tak seruapa (nonsister
chromatids) dalam kromosom homolog itu dinamakan pindah silang (crossing over).
Dengan adanya pindah silang, maka terjadilah penukaran gen-gen, sehingga
terbentuk kombinasi baru.10
Prometafase
I : Tahap ini merupakan tahap
yang berlangsung pendek yang mendahului metafase I. Pada tahap ini membran inti
telah menghilang dan kromosom tampak lebih pendek dan menebal sehingga kromosom
tampak mempunyai 4 lengan karena merupakan dua buah kromosom yang berpasangan.11
Metafase
I : Diakinesis dilanjutkan
dengan metafase I, dimana kromosom-kromosom yang masih berpasangan menempatkan
diri di bidang ekuatorial dari sel. Dinding inti menghilang. Kromosom-kromosom
masih dalam keadaan diploid.10
Anafase I : Kromosom-kromosom bergerak ke
kutub sel yang berlawanan.10
Telofase
I : Terbentuklah dua sel
anakan, masing-masing memiliki separuh dari jumlah kromosom sel asalnya.
Terjadilah pembelahan reduksi karena setiap sel anakan akan memiliki satu
kromosom dari tiap pasangan kromosom homolog. Dinding inti sel timbul kembali.10
Interfase
: Tahap ini merupakan
tahap antara meiosis I dan meiosis II yang berlangsun sangat pendek dan tidak
terjadi replikasi kromosom. Dengan demikian kromosom dalam sel ini merupakan
kromosom hasil pembelahan meiosis I yang jumlahnya hanya separuh dari kromosom
induknya.11
Meiosis
II
Profase
II : Tahap ini merupakan
tahap awal dari meiosis II yang dimulai dengan terbentuknya spindel. Aster,
pergeseran sentriol ke kutub pembelahan dan perubahan lain seperti yang terjadi
dalam mitosis.11
Metafase
II : Dinding inti menghilang
lagi dan di bagian kutub dari setiap sel anakan terbentuk benang gelendong inti
lagi. Kromosom-kromosom menempatkan diri di bidang ekuatorial dari sel.
Sentromer membelah dan pasangan kromosom homolog memisahkan diri.10
Anafase II : Kromosom-kromosom bergerak ke
masing-masing kuttub sel.10
Telofase
II : Ini merupakan fase
terakhir dari meiosis II. Terbentuklah 4 inti anakan, masing-masing memiliki
sebuah kromatid dari tiap tetrad, sehingga jumlah kromosomnya haploid. Jadi
selama meiosis II tiada lagi pembelahan reduksi, melainkan berlangsunglah
pembelahan biasa.10
·
Ekspresi gen
Ekspresi
gen di dalam sel memerlukan dua proses, transkripsi dan translasi. DNA
mengalami transkripsi untuk menghasilkan RNA. Dihasilkan tiga bentuk utama RNA
dari transkripsi DNA dan kemudian ketiganya berpatisipasi dalam proses
translasi ( sintesis protein ). RNA messenger
(mRNA) membawa informasi genetik dari inti sel sitoplasma, tempat translasi
berlangsung pada ribosom, struktur yang mengandung komplex protein RNA
ribosomal (rRNA). Transfer RNA (tRNA) membawa asam amino ke ribosom, tempat
asam amino tersebut disatukan dalam ikatan peptida untuk membentuk protein.
Selama translasi, urutan basa pada mRNA dibaca tiga-tiga (setiap set yang
terdiri dari tiga basa terdapat sebuah kodon). Urutan kodon pada mRNA
menentukan urutan asam amino pada protein.9
·
Kromosom
Bagian-bagian kromosom10
Kromonema
: pita bentuk spiral dalam kromosom
Kromomer
: kromonema mempunyai
penebalan-penebalan di beberapa tempat
Sentromer
: bagian kromosom yang terletak pada daerah penyempitan prmer diantara
lengan-lengan kromosom.11
Telomer
: lengan kromosom
Satelit
: bagian yang merupakan tambahan pada ujung kromosom. Tidak setiap kromosom
mempunyai setelit. Kromosom yang mempunyai satelit disebut satelit kromosom.
Bahan
yang menyusun kromosom ialah kromatin.
Ukuran dan bentuk kromosom10
Setipa
kromosom mempunyai bagian yang menyempit dana tampak lebih terang, disebut
sentromer, yang membagi kromosom menjadi dua lengan. Berdasarkan letak
sentromer dapat dibedakan beberapa bentuk kromosom, yaitu :
Metasentris
: letak sentromernya di tengah-tengah
Submetasentris
: sentromernya terletak submedian ( ke arah salah satu ujung kromosom) sehingga
kromosom terbagi menjadi dua lengan
tidak sama panjang.
Akrosentrik
: sentromernya terletak subterminal ( di dekat ujung kromosom), sehingga
kromosom tidak membengkok tetapi lurus seperti batang. Satu lengan kromosom
sangat pendek, dan satu lengan kromosom sangat panjang.
Telosentris
: sentromer terletak di ujung kromosom sehingga kromosom hanya terdiri dari
sebuah lengan. Kromosom manusia tidak ada yang telosentris.
Sentromer berfungsi
sebagai tempat berpegangnya benang plasma dari gelendong inti (spindel) pada
stadium anafase dan pembelahan ini.
Tipe
kromosom
Autosom : kromosom yang
tiada hubungannya dengan penentuan jenis kelamin
Seks kromosom :
sepasang kromosom yang dibedakan atas dua macam, yaitu : kromosom X dan
kromosom Y.
Perempuan normal : 46
+XX
Laki-laki normal : 46+XY
Ø DNA
Blotting
Umtuk
memdeteksi urutan spesifik, DNA biasanya dipindahkan ke suatu penyokong yang
padat, misalnya selembar kertas nitroselulosa. Misalnya, apabila bakteri
ditumbuhkan pada suatu lempeng agar, sel dari masing-masing koloni akan melekat
ke lwmbar kertas nitro selulosa yang sitekan ke agar tersebut, dan tiruan
koloni bakteri yang persis akan dipindahkan ke kertas nitroselulosa tersebut.
Teknik serupa digunakan untuk memindahkan pita DNA dari gel elektroforetik ke
lembar nitroselulosa. Setelah koloni bakteri dipindahkan ke kerntas
nitroselulosa, kertas diberi larutan basa. Dalam hal di mana DNA dipisahkan
pada gel agarosa, gel juga diberi suatu larutan basa. Larutan basa menyebabkan
denaturasi DNA, yaitu pemisahan kedua rantai dari masing-masing heliks ganda.
DNA untai-tunggaldapat dihibridisasikan dengan suatu probe ( DNA untai tunggal
yang dapat membentik pasangan basa dengan urutan komplementer pada
polinukleotida untai-tunggal lain yang tersusun dari DNA atau RNA), dan dapat
dilakukan identifikasi terhadap bagian-bagian pada kertas nitroselulosa yang
mengandung DNA yang membentuk pasangan basa dengan probe.8
E.
M. Southern menciptakan suatu teknik yang menggunakan namanya, untuk
mengidentifikasi urutan DNA pada gel. Terbentuk southern blot apabila DNA pada
blot nitroselulosa gel elektroforesis dihibridisasi dengan probe DNA. Para ahli
molekuler memutuskan untuk menggunakan kompas sewaktu memberi nama dua teknik
ditambahkan. Dihasilkan Northern blot apabila mRNA pada blot nitroselulosa
dihibirdisasi dengan probe DNA. Suatu teknik yang sedikit berbeda tapi masih
berkaitan, yang dikenal sebagai West blot, meliputi proses pemisahan protein
oleh elektroforesis gel dan probing dengan antibodi berlabel terhadap protein
spesifik.8
Nucleic
Acid Extraction
Ekstraksi asam nukleat adalah isolasi dan pemurnian DNA dan RNA.
ada 3 cara untuk
mengekstraksi :
1.
Membran sel di lisiskan enzym lyzozym
2.
Penggunaan cahaya ultrasonik
3.
Ditekan, setelah tekanannya naik,
dilepas, maka akan terpecah.
DNA
rekombinan
A.
Teknik
DNA rekombinan
Untuk
memahami bagaimana gen dari satu individu berbeda dengan individu lainnya dan
bagaimanakah caranya untuk memanfaatkan perbedaan ini untuk mendiagnosis
penyakit, sekiranya diperlukan pemahaman dasar bagaimanakah teknik dari DNA
rekombinan.8
Adapula langkah
dalam menentukannya, dimana dalam langkah pertama dalam menentukan variasi
individual dalam gen meliputi isolasi gen (atau fragmen DNA) yang mengandung
urutan yang berubah-ubah dan memperoleh jumlah gen yang akurat untuk
penelitian. Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan teknik untuk memperoleh
salinan gen atau fragmen DNA yaitu dengan menggunakan enzim restrisik yang
digunakan untuk membuat DNA rekombinan. Sebelum mengenal bagaimanakah enzim
restriksi digunakan, terlebih dahulu kita akan mengenal jenis enzim restriksi.8
Enzim restriksi secara
tradisional dibagi menjadi 3 tipe berdasarkan komposisi subunit,
posisi pemotongan, spesifisitas sekuens dan kofaktor yang diperlukan.
Enzim restriksi tipe I
Enzim restriksi ini kompleks dengan multisubunit,
memotong DNA secara acak dan jauh dari sekuens pengenalannya.Pada awalnya enzim
ini dikira langka; tapi setelah analisis sekuens genom, enzim ini ternyata
umum.Enzim restriksi tipe I ini memiliki pengaruh besar dalam biokimia, namun mempunyai nilai ekonomis yang rendah karena tidak
dapat menghasilkan potongan fragmen DNA yang diinginkan sehingga tidak
diproduksi.
Enzim restriksi tipe II
Enzim ini memotong DNA dekat atau pada
situs pengenalan. Enzim ini menghasilkan fragmen-fragmen sesuai
dengan yang diinginkan sehingga biasa digunakan untuk analisis DNA dan kloning gen. Enzim
tipe II yang umum digunakan adalah HhaI, HindIII, EcoRI, dan NotI; dan
enzim-enzim tersebut tersedia secara komersil. Enzim ini tergolong
kecil dengan subunit yang memiliki 200-350 asam amino dan memerlukan Mg2+ sebagi kofaktor.
Selanjutnya enzim jenis tipe II yang umum, biasanya digolongkan sebagai
tipe IIs, adalah FokI dan AlwI. Enzim ini memotong diluar situs
pengenalan, berukuran sedang, 400-650 asam amino, dan memiliki 2 domain khusus. Domain pertama
untuk berikatan dengan DNA, sedangkan domain yang satunya untuk memotong DNA.
Enzim restriksi tipe III
Enzim restriksi tipe II ini merupakan
enzim restriksi yang tidak digunakan dalam laboratorium. Hal ini dikarenakan enzim
ini memotong di luar situs pengenalan dan membutuhkan dua sekuen dengan
orientasi berlawanan pada DNA yang sama untuk menyelesaikan pemotongan sehingga
enzim ini jarang menghasilkan potongan sempurna.
Enzim restriksi digunakan untuk
membuat DNA rekombinan.
Enzim
yang disebut sebagai endonuklease restriksi ditemukan oleh para ahli pada akhir
tahun 1960-an. Di alam enzim ini melindungi bakteri terhadap DNA yang
menyelinap dari organisme lain, seperti virus atau bakteri lain. Ilmuwan Stewart Linn dan Werner Arber mengisolasi dua contoh enzim yang berperan dalam menghambat
pertumbuhanbakteriofag yang menyerang E.coli.
Salah satu enzim bekerja memetilasi DNA, sedangkan enzim yang satunya bekerja memotong DNA yang
tidak termetilasi pada beberapa lokasi di sepanjang molekul DNA. Enzim yang pertama disebut metilase (methylase), sedangkan enzim yang satunya disebut nuklease restriksi (restriction
nuclease). Kemudian pada tahun 1968, H.O. Smith, K.W. Wilcox, dan T.J. Kelley, yang bekerja di John Hopkins University, mengisolasi dan mengkarakterisasi enzim nuklease restriksi pertama. Enzim ini berasal dari bakteri Haemophilus
influenzae, dan diberi nama HindII. Enzim ini selalu memotong molekul DNA pada sekuen spesifik
dengan panjang situs pengenalan enam pasang basa. Hal
ini memungkinkan para ahli biologi molekuler memutuskan segmen DNA dari genom
berbagai jenis sel atau untuk memperoleh fragmen DNA yang berasal dari sumber
lain.
Enzim
restriksi adalah suatu endonuklease yang mengenali urutan pendek DNA, biasanya
panjangnya 4-6 pb (pasangan basa) dan memutuskan kedua untai DNA di dalam
urutan tersebut. Sifat utama enzim restriksi adalah spesifisitasnya. Enzim ini
selalu memutuskan urutan DNA yang sama, dan hanya memutuskan di urutan
tertentu. Sebagian besar urutan DNA yang dikenali oleh enzim restriksi adalah
palindrom, yaitu, kedua untai DNA memiliki urutan basa yang sama apabila dibaca
dalam arah 5’ ke 3’.8
Potongan yang dibuat
oleh enzim ini mungkin tumpul atau blunt (sehingga produk yang dibentuk
beruntai ganda di ujungnya) atau lengket sticky (sehingga produk yang
dihasilkan beruntai tunggal diujungnya).8
Fragmen
restriksi DNA dapat membentuk pasangan basa satu sama lain apabila fragmen
tersebut memiliki ujung lengket yang bersifat komplementer. Oleh karena itu,
dua fragmen DNA yang tidak berhubungan dapat membentuk pasangan basa satu sama
lain apabila keduanya diputuskan oleh enzim restriksi yang sama.8
Setelah fragmen-fragmen
tersebut membentuk pasangan basa, ujung-ujungnya digabungkan secara kovalen
oleh kerja DNA ligase. Oleh karena itu penggunaan enzim restriksi bersamaan
dengan DNA ligase dapat menghasilkan DNA rekombinan atau kimerik (chimeric)
yaitu molekul DNA yang direkombinasikan
in vitro (dalam kaca yaitu dalam tabung reaksi).8
IV.
Hipotesa
Noda hitam diwajah sejak lahir
disebabkan oleh faktor genetik
Referensi
1.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kromosom
2.
http://www.news-medical.net/health/Recombinant-DNA-What-is-Recombinant-DNA-%28Indonesian%29.aspx
4.
Campbell NA, B Jane, Reece, G Laurence ,
Mitchell. Biologi. Ed. 5. Jakarta: Erlangga, 2002.h.83 ~ jilid 1
5.
Junquiera L.C, Carneiro J,
Kelley R.O. Basic Histology.
10th ed.
Washington: Lange, 2003.p.316-23
6.
Ross M.H. Histology, A Text And Atlas. New
York: Harper & Row, 1985.p.416-23
7.
Bloom & Fawcett. Buku Ajar Histologi. Ed.122.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1994.p.536-46
8.
Junqueira LC, Carneiro J,
Kelley RO. Histologi Dasar. Ed.8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,
1997.p.360-1
9.
Marks DB, Marks AD, Smith
CM. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1996p.237,9
10.
Suryo. Genetika Manusia.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2008.h.57, 60-3
11.
Juwono, Juniarto AZ. Biologi
Sel. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2000.h.80-1,8,9
thanks for share.
BalasHapussama2 ^^ smga bisa membantu menambah pengetahuannnya :D
Hapus