Gangguan
Muskuloskelatal pada Telapak
Tangan
VANIA LEVINA
102011259
KELOMPOK D5
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN
KRIDA WACANA
Jln. Arjuna Utara No. 6
Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731
Pendahuluan
Tangan manusia merupakan salah satu struktur tubuh
manusia yang paling mengagumkan. Dimana terdapat tulang, otot dan persendian
yang dengan demikian tangan dapat menjadi alat bantu untuk menggenggam serta
menunjukkan ekpresi psikologi. Namun, dalam kehidupan sehari-hari manusia
melakukan banyak aktivitas yang dapat menyebabkan gangguan fungsional pada
tulang.
A. Identifikasi
Istilah yang Tidak Diketahui
-
(-) Tidak
ada
B. Rumusan
Masalah
-
Pembengkakan jari
2,3, dan 4
-
Kesulitan menulis
dan menggenggam
Tujuan :
Mengetahui bagian sistem muskuloskeletal pada tangan
Hipotesis :
Pembengkakan di jari tangan dikarenakan ganggaun pada
tulang, sendi, dan otot jari yang menyebabkan kesuliatan menulis dan menggengam.
Pembahasan
Mind mapping

A.
Tulang tapak tangan ( Ossa Manus )
Ada delapan
tulang tapak tangan, terdiri dari dua jajaran yang masing-masing terdiri dari
empat tulang. Jajaran proximal ( lateral ke medial ) terdiri dari : Os scaphoideum, lunatum, triquentrum, dan
pisiforme. Jajaran distal ( lateral ke medial ) : Os trapezium, Os trapezoideus, Os capitatum, dan Os Hamatum. Bersama-sama
tulang telapak tangan membentuk cekungan pada anterior.
Ossa manus terdiri dari : 1
1. Radius
2. Ulna
3. Processus styloideus ulnae
4.
Os lunatum

5. Os triquentrum
6. Os capitatum Ossa carpi
7. Os Hamatum
8. Basis ossi smetacarpalis III
9. Ossa metacarpi
10. Caput metacarpale
11. Phalanges proximalis manus
12. Phalanges mediae
13. Phalanges distales
14. Processu styloideus radii
15.
Os scaphoideum

16. Os trapezium Ossa Carpi
17. Os trapezoideum
18. Os metacarpale pollicis
19. Phalanx proximalis pollicis
20. Phalanx distalis pollicis
21. Basis phalanngis II
22. Caput palangis II
23. Tuberositas phalangis distalis
24. Corpus metacarpale III

B.
Hubungan Antartulang ( Artikulasi
/ Persendian )
Antartulang dalam tubuh
berhubungan satu dengan yang lain agar dapat melakukan fungsinya dengan baik.
Hubungan antartulang itu disebut persendian (artikulasi).
Berdasarkan keleluasaan gerakan yang dihasilkan, ada tiga jenis persendian, yaitu sinartrosis, sinfibrosis, dan diartrosis.2
a. Sinartrosis
Sinartosis adalah persendian yang tidak dapat
digerakkan. Ada dua tipe utama sinartrosis, yaitu suture dan sinkondrosis.
Suture atau sinostosis adalah hubungan antartulang yang dihubungkan dengan
jaringan ikat serabut padat, contohnya pada tengkorak. Sinkondrosis adalah
persendian oleh tulang rawan (kartilago) hialin, contohnya hubungan antara
epifisis dan diafisis pada tulang dewasa.
b. Amfiartrosis atau Sinfibrosis
b. Amfiartrosis atau Sinfibrosis
Amfiartrosis atau Sinfibrosis adalah persendian
yang dihubungkan oleh tulang rawan (kartilago), jaringan ikat serabut, dan
ligamen sehingga memungkinkan terjadi sedikit gerakan. Contohnya sendi antara
tulang betis dan tulang kering.
c. Diartrosis
Diartrosis adalah persendian yang memungkinkan
gerakan tulang-tulang secara leluasa. Misalnya sendi engsel pada lutut dan siku
serta sendi peluru pada pangkal paha dan lengan atas. Ujung tulang yang membentuk
persendian (diartrosis) bersifat khas, yaitu berbentuk bonggol, sedangkan ujung
yang lain membentuk lekukan yang sesuai ukuran bonggol. Setiap permukaan sendi
dilapisi dengan tulang rawan hialin dan dibungkus dengan selaput sinovial yang
membentuk minyak sinovial. Minyak sinovial atau minyak sendi ini berfungsi
untuk melicinkan gerakan.
Diartrosis meliputi beberapa macam persendian. Berdasarkan arah gerak yang ditimbulkannya, diartrosis dapat dibedakan menjadi beberapa jenis dan macam sendi yang dijelaskan sebagai berikut (lht tabel 01).
Tabel 01. Pembagian sendi menurut bentuk dan letaknya.2
Macam-macam Sendi
|
Terdapat pada
|
Gambar
|
1.
Sendi Engsel
Sendi engsel
adalah persendian yang memungkinkan terjadinya gerakan ke satu arah
|
Persendian pada tulang siku dan
lutut.
|
|
2.
Sendi Pelana
Sendi pelana
adalah persendian yang memungkinkan gerakan ke dua arah.
|
Persendian pada hubungan antara
tulang ibu jari dan tulang telapak tangan.
|
|
3.
Sendi Putar
Sendi putar adalah persendian tulang yang satu mengitari tulang yang lain
sehingga menimbulkan gerak rotasi
|
tengkorak dengan tulang atlas
dan radius dengan ulna.
|
|
4.
Sendi Geser
Sendi geser
adalah persendian yang gerakannya hanya menggeser, kedua ujung agak rata dan
tidak berporos. Sendi geser disebut juga sendi kepat atau sendi avoid.
|
Persendian pada hubungan antara
ruas-ruas tulang belakang.
|
|
5.
Sendi Luncur Sendi luncur adalah persendian tulang yang memungkinkan terjadinya gerakan badan melengkung ke depan, ke belakang atau memutar |
, Skapula dengan klavikula dan karpal dengan metakarpal. |
|
6.
Sendi Peluru Sendi peluru adalah persendian tulang yang gerakannya paling bebas di antara persendian yang lain, yaitu dapat bergerak ke segala arah. |
, Tulang lengan atas dengan gelang bahu dan tulang paha dengan gelang panggul. |
|
7.
Sendi Elipsoid / Kondiloid Mirip dengan sendi peluru, hanya saja sendi elipsoid memiliki bonggol dan ujung-ujung tulangnya tidak membulat, tetapi sedikit oval. Oleh karena itu, gerakan yang dihasilkan lebih terbatas dibandingkan dengan sendi peluru |
hubungan antara tulang pengumpil dan tulang pergelangan tangan |
Tabel 02. Pergerakan pada sendi dan otot-otot yang
bekerja.3
Gerakan pada jari
|
Gerakan
|
Otot yang
digunakan/bekerja
|
Jari 1
|
Sirkumduksi
|
Dimulai oleh M.
Abductor polllicis brevis dilanjutkan
oleh Mm.opponens pollicis & flex pollicis brevis disempurnakan oleh M>
adductor pollicis
|
Rotasi
|
Mm. Opponens
pollicis & flex pollicis brevis
|
|
Flexi
|
Mm. Flexor
pollicis longus et brevis
|
|
Adductio
|
M. Adductor
pollicis
|
|
Abductio
|
M. Abductor pollicis
|
|
Extentio
|
M. Ext. Pollicis
longud et brevis
|
|
Jari 2, 3, 4 ,
dan 5
|
Abductio (jari 5)
|
M.
Abductor digiti minimi
|
Abductio (jari
2,3,4)
|
M. interossei dorsalis
|
|
Adductio
|
M. interossei
volaris
|
|
Flexio, Art
metacarpa phalangea
|
M. interossei
& Mm. Lumbricales
|
|
Flexio, Art inter
|
(secara pasif)
|
|
Extentio, Art metacarpa phalangea
|
M. ext digitorum
communis
|
|
Extentio, Art
inter phalangea
|
M. lumbricales
|
C.
Otot – otot pada jari tangan
•
Musculi thenar (untuk jari 1) 4
–
M. Abductor pollicis
brevis
–
M. Flexor pollicis
brevis
–
M. Opponens pollicis
–
M. Adductor pollicis
•
Musculi hypothenar (untuk jari 2, 3, 4, dan 5 ) 4
–
M. Abductor digiti
minimi
–
M. Flexor digiti minimi
–
M. Opponens pollicis
–
M. Palmalis brevis
•
Mm Vola manus 4
-
Mm. lumbricales
-
Mm. palmar interossei
-
Mm. dorsal interossei
D.
Mekanisme kerja otot
Langkah-langkah
penggabungan eksitasi kontraksi dan relaksasi 5
Asetilkolin yang dikeluarkan dari ujung terminal neuron
motorik mengawali potensial aksi di sel otot yang merambat ke seluruh permukaan
membrann.
Aktiviktas listrik permukaan dibawa ke bagian tengah (
sentral ) serat otot oleh tubulus T.
Penyebaran potensial aksi ke tubulus T mencetuskan
pelepasan simpanan Ca++ dari kantung-kantung lateral retikulum sarkoplasma
di dekat tubulus.
Ca++ yang dilepaskan berikatan dengan troponin dan
mengubah bentuknya, sehingga kompleks troponi-tropomiosin secara fisik tergeser
ke samping, membuka tempat pengikatan jembatan silang aktin.
Bagian aktin yang telah terpajan tersebur berikatan
dengan jembatan silang miosin, yang sebelumnya mendapat energi dari penguraian
ATP menjadi ADP + Pi + energi
oleh ATPase miosin di jembatan silang.
Pengikatan aktin dan miosin di jembatan silang
menyebabkan jembatan silang menekuk, menghasilkan suatu geraka mengayun kuat
yang menarik filamen tipis kearah dalam. Pergeseran dari semua filamen tipis
yang mengelilingi filamen tebal memperpendek sarkomer ( kontraksi otot).
Selama gerakan mengayun yang kuat tersebut ADP dan Pi dibebaskan dari jembatan silang.
Perlekatan sebuah molekul ATP baru memungkinkan
terlepasnya jembatan silang, yang mengembalikan bentuknya ke konformasi semula.
Penguraian molekul ATP yang baru oleh ATPase miosin
kembali memberikan energi bagi jembatan silang.
Apabila Ca++
masih ada sehingga kompleks troponin-tropomiiosin tetap tergeser ke
samping, jembatan silang kembali menjalani siklus pengikatan dan penekukan,
menarik filamen tipis selanjutnya.
Apabila tidak lagi terdapat potensial aksi lokal danCa++ secara aktif telah kembali ke tempat
penyimpanannya di kantung lateral
retikulum sarkoplasma, kompleks troponin-tropomiosin bergeser kembalil ke
posisinya menutupi tempat pengikatan jembatan silang aktin, sehingga aktin dan
miosin tidak lagi berikatan di jembatan silang, dan filamen tipis bergeser
kembali ke posisi istirrahat seiring dengan terjadinya proses relaksasi.
Mekanisme
molekuler dari kontraksi otot 6
Mekanisme geser dari kontraksi gambar 01 menggambarkan dasar kontraksi dari kontraksi
otot. Gambar atas menunjukkan keadaan sarkomer berelakssasi dan gambar bawah
dakam keadaan kontraksi. Pada keadaan berelaksasi ujung-ujung filame aktin yang
berasla dari dua diskus Z yang berurutan hampir tidak overlap satu sama lainnya
sedangkan pada waktu yang sama ber-overlap dengan filamen miosin secara
sempurna. Sebaliknya, pada keadaan berkontraksi, filamen aktin ini telah
tertarik ke dalam di antara filamen miosin sehingga mereka sekarang overlap
satu sama lainnya secara luas. Diskus Z juga ditarik oleh filamen aktin sampai
ke ujung filamen miosin. Memang filamen aktin dapat ditarik mendekat saru sama
lainsedemikian kuatnya sehingga ujung-ujung filamen miosin benar-benar melekuk
selama kontraksi yang sangat kuat berlangsung. Jadi kontraksi otot terjadi
karena mekanisme pergeseran filamen. (lht gambar 01)
Gbr. 01 pergeseran filamen (kontraksi dan relaksasi)
Kesimpulan :
Kesulitan menulis dan
menggenggam tersebut dikarenakan adanya gangguan pada tulang yaitu pada os phalanges
2,3,dan 4.
Daftar pustaka
1.
Rohen J W, Yokochi C, Drecoll E L. Atlas anatomi manusia.
Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 1999. h. 354
2. Hubungan antartulang ( Artikulasi / Persendian ). Diunduh dari http://www.sentra-edukasi.com/2011/07/hubungan-antartulang-artikulasi.html, pada tanggal 15 maret 2012
3. Kopian ringkasan Myologi. 2007
4.
Wati W W, Salim D, Sumadikarya I K, Sariabudi M I,
Lumbanraja S M, Sutardhio H, dkk. Bahan kuliah blok 5. Jakarta : Fakultas
Kedokteran UKRIDA
5.
Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2001. h. 221
6.
Guyton. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed 7 (I). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1995. h. 157
Tidak ada komentar:
Posting Komentar